Lisman Sampai Jual Rumah Demi Obati Bayinya, Tapi Abiyah Tak Kunjung Sembuh



MEDAN, (SHR)  - Ketidakberdayaan ekonomi keluarganya, mengakibatkan Abiyah Nasution (3,5) menderita sepanjang hari.Terperangkap penyakit Meningitis Bakterialis (Radang Selaput Otak) membuatnya tersiksa, serta tak bisa bermain bersama anak-anak seusianya.Amatan SwaraHatiRakyat.Com, kondisi fisik nalita  perempuan ini berbeda dari bayi normal lainnya.Saat ditemui di Rumah kontrakan orangtuanya, di Jalan Pelita Medan Krio, Kecamatan Medan Krio, Kelurahan Mencirim, Kabupaten Deliserdang, Senin (22/5/2017) petang, badannya kurus kering.Kondisi tubuh Abiyah kelahiran Medan 22 Agustus 2013 ini, membuat hati terenyuh. Tatapannya kosong, mata melotot, wajah pucat.Kedua tungkai kakinya mengeras, pergelangan kakinya membengkok.Tangannya mengepal dan tak bisa terbuka. Sesekali merintih lalu kejang-kejang.Ayah Abiyah, Lisman Herianto Nasution (38) menceritakan, sesuai keterangan Medis, putrinya didiagnosa menderita Post Meningitis Bakterialis."Didiagnosa menderita post Meningitis Bakterialis," sebutnya.Ia mengaku, sepanjang hari terluka bathin karena harus diperhadapkan dengan penderitaan putri sulungnya. Menurutnya, kondisi ekonomi nereka yang lemah semakin melengkapi derita anaknya.
"Kalaulah cukup uang, anakku tak begini. Pasti aku bisa beli obatnya. Orangtua mana yang tega, kupikir tak ada," sebutnya dengan sambil mengusap airmatanya.Bukan tak berupaya, bahkan, rumah pun sudah mereka jual, asalkan puterinya memeroleh kesembuhan. Namun hasil penjualan rumah juga tak cukup.
"Sudah kujual rumah kami Bang, tetapi itu tidak cukup'"keluhnya.Pria berkulit cokelat ini menceritakan, puterinya lahir dalam keadaan baik pada 22 Agustus 2013. Namun, mulai sakit sejak Februari 2016.
"Awalnya demam dan mencret, dan itu sebulan berturut turut. Lalu ku bawa RSUD Djoelham  Binjai, di sana satu hari. Karena belum ada BPJS Kesehatan  jadi enggak nginap,"terangnya.
Selanjutnya, kata Lisman, ia dan istrinya pun membawa anaknya ke Rumah Sakit Haji Adam Malik pada Februari 2016. Tiga bukan dirawat di RSUP Adahmalik  Dokter yang menanganinya memerintahkan agar anaknya dibawa saja pulang."Dalam keadaan kritis, anakku terpaksa kubawa pulang. Dokternya bilang si Abiyah cuma kejang demam. Padahal dia saat itu dalam keadaan koma,"jelasnya.Mirisnya lagi, Pria yang sehari-hari berprofesi penarik Becak Bermotor (Parbetor) ini mengatakan, dia dan istrinya harus menyediakan sendiri putrinya, meskipun anaknya berstatus BPJS."Sulit kalu memang, kami harus beli sendiri obat si Abiyah. Padahal dia udah pasien BPJS,"ujarnya.Sejauh ini, dia dan istrinya Sri Dewi Rangkuti (37) hanya bisa berupaya seadanya demi kesembuhan anaknya. Penghasilan mereka masih jauh di bawah standard sehingga belum mampu membawa anaknya berobat lebih lanjut."Belum ada yang bisa lebih kami lakukan, kami hanya bisa berupaya semampu kami. Karena untuk makan pun kami masih kesulitan, ditambah bayar rumah sewa rupiah perbulan. Pembayaran BPJS si Abiyah pun masih nombok, "keluhnya.
Menarik Becak, Lisman ridak berpenghasilan tetap. Sedangkan istrinya hanya buruh cuci. Tentu, kondisi demikian menjerat putrinya dalam penderitaan."Bawa Becak, katak rezeki harimau. Mau dapat 100 ribu rupiah, mau dapat lima ribu rupiah. Nggak nentu. Mamaknya, selain jaga anak-anak, yambi jadi tukang cuci sama gosok. Kekmanalah bang," celotehnya.Istrinya menambahkan, berat badan Abiyah hanya 10 Kg, meskipun sudah berusia 3,5. Abiyah tidak mampu telungkup, duduk atau mengangkat kepala."Badannya kurus kali ini dek, cuma 10 Kg, padahal udah tiga setegah tahun umurnya," sebutnya sambil mengangkat Abiyah.Ibunya berharap, ada donatur yang dapat meringankan beban mereka menyembuhkan puterinya. Bila ada darmawan yang ingin membantunya tentu dia tidak menutup diri, serta dapat menghubungi di nomor 082365310923.(*)
 
Share on Google Plus

About swarahatirakyat

Media Online
www.SwaraHatiRakyat.Com
"Menyuarakan Hati untuk Kebenaran"
Telp.Redaksi : 0813-9764-0276

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.