HAMPARAN PERAK, Hasil pengerukan pasir laut, yang digunakan untuk penimbunan kawasan rawa/ paluh yang terletak didusun I Pauh Desa Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, yang luasnya kurang lebih mencapai 8 Hektar, kini membuat warga semakin resah,
Menurut penelusuran awak media ini, mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB , Kamis(06/12) Lokasi penimbunan pasir tepatnya disebelah Mesjid Al Istiqomah dusun I Pauh Desa Hamparan Perak masih berjalan yang dilangsir beberapa truk bermuatan pasir, didemo warga sekitar yang didominasi kaum hawa alias power emak-emak,
Menurut Teguh perwakilan warga yang sedang aksi mengaku semenjak penimbunan pasir tersebut menyebabkan berbagai persoalan.
"Anak kami jikalau belajar kala malam hari jadi susah belajar, tak tentu hala mereka belajar, bayangkan malam-malam mereka bekerja, dari jam tujuh hingga larut malam, hampir 24jam mereka bekerja menimbun pasir, masyarakat jelas merasa resah" kata Teguh warga dusun I kampung Pauh.
Akibat penimbunan pasir laut tersebut menyebabkan halaman rumah warga tergenang banjir apabila pasang air sungai dan hujan turun, dalamnya hampir mencapai satu meter, debit air meningkat jelas Murni warga yang lain.
mereka sangat kecewa dan keberatan dengan adanya kegiatan penimbunan pasir laut di desanya itu.
"Kami tidak mau suara bising Akibat melintasnya truk pengangkut pasir, jika disiang hari abu pasir berterbangan sehingga mengakibatkan polusi baik di rumah warga maupun dijalan raya seputaran desa Pauh tempat penimbunan pasir di khawatirkan akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat ataupun pengguna jalan", ungkap Teguh yang menghabarkan persoalan lain, bahwa ada rumah warga yang miring akibat penimbunan pasir tersebut.
Sementara Suheri sebagai pengamat Desa Hamparan Perak mengatakan bahwa masyarakat sudah sangat resah akibat adanya penimbunan ini ditandai dengan seringnya warga yang berunjuk rasa diarea penimbunan pasir.
"Jalan menjadi rusak, berdebu, rumah masyarakat ada yang miring terkena dampak penimbunan, mengganggu ketenangan orang beribadah di Mesjid, tenggelam dikala hujan, karena rumah tempat tinggal mereka itu menjadi rendah, dulu rawa rawa alias paluh kemudian ditimbun apabila hujan, airnya itu lari ke rumah-rumah masyarakat tak ada tempat lain air mengalir, sering juga saya melihat aksi Masyarakat di malam hari, dan tidak sekali dua kali protes atas penimbunan itu. masyarakat sudah cemas, sering kali ini qakan terjadi hal hal yang anarkis yang timbul dari masyarakat. Pungkas Heri yang kala itu menyaksikan demo yang didominasi emak-emak. (Ariel)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.