Muslimah Ahmadiyah Dapatkan Hak Paten Dari Kemenkumham Atas Penelitiannya

Berkat Penelitiannya, Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi, mendapatkan penghargaan dari Hadhrat Khalifah Islam Ahmadiyah
Nisa mendapatkan paten dari penelitiannya yang mulai dilakukan sejak tahun 2007 hingga 2009 mengenai seleksi bakteri penambat Nitrogen sebagai pupuk hayati untuk tanaman kedelai di lahan kering masam pH 4.0 ke atas.
Dunia penelitian Indonesia kembali bergeliat dengan munculnya berbagai penelitian baru yang berguna untuk kemajuan kehidupan manusia.
Pada 2016 lalu, Perempuan Muslimah Ahmadiyah (Lajnah Imailah) Bogor, Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi, dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University) telah  mendapatkan granted paten dengan judul Formula Inokulan Bradyrhizobium japonicum Toleran Asam-aluminium untuk Peningkatan Produksi Kedelai pada Lahan Kering Asam (dalam bahasa Inggris: Formulation of acid-aluminium  Bradyrhizobium japonicum inoculant  to increase soybean production on dry acid-soil fields). Berkat penelitian yang dilakukannya bersama tim, akhirnya ia berhasil mendapatkan hak paten dengan nomor P00201000498 dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI.

Dalam penuturannya, Nisa mendapatkan paten dari penelitiannya yang mulai dilakukan sejak tahun 2007 hingga 2009 mengenai seleksi bakteri penambat Nitrogen sebagai pupuk hayati untuk tanaman kedelai di lahan kering masam pH 4.0 ke atas.
“Pengujian bakteri terpilih telah dilakukan pada penanaman kedelai di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan Lampung. Hasil penelitian ini merupakan penelitian tim yang diketuai saya. Paten yang diajukan berupa formula pupuk dalam kemasan yg berisi bakteri penambat N yaitu Bradyrhizobium japonicum. Bakteri ini dapat mengurangi penggunaan pupuk urea hingga setengah dosis dan dapat meningkatkan produktivitas budidaya kedelai pada lahan marginal”, jelas perempuan kelahiran 1967 yang menyelesaikan studi S3-nya di IPB tahun 2001 itu.
Di akhir, ia mengungkapkan harapannya untuk generasi penerus.
“Belajar yang tekun, kuasai ilmu pengetahuan selain perkuat keimanan. Jika menjadi ilmuwan jadilah dengan ilmu yang dimilikinya menghasilkan pemikiran maupun penemuan yang bermanfaat bagi masyarakat dan tetap ikut menjadi anggota himpunan ilmiah di bidang yang sesuai, agar kelak ke depannya ilmuwan Ahmadi dikenal aktif oleh masyarakat ilmiah baik di forum nasional maupun internasional.
Latar Belakang
 Bakteri bintil akar, Bradyrhizobium japonicum, merupakan bakteri tanah yang
aman dan bersimbiosis dengan tanaman kedelai, dengan cara membentuk bintil
akar, menambat N2 dan mengubahnya menjadi amoniak. Inokulan bakteri bintil
akar Bradyrhizobium japonicum toleran asam-aluminium (pH >4,0) merupakan
produk inovatif yang telah teruji efektivitasnya baik di rumah kaca, semi lapang,
dan lapang (Mubarik et al. 2009).
Produk inovasi ini, berdasarkan hasil penelitian di lapangan, tanah
yang akan digunakan pada penanaman kedelai tidak dilakukan
pengapuran yang dapat merusak struktur tanah namun diaplikasikan
dengan kompos, sehingga budidaya kedelai dapat dilakukan dengan
produktif dan terbukti efektif untuk:
 – Budidaya kedelai pada tanah asam dan kandungan Al tinggi
 – Menghemat penggunaan pupuk N hingga 50% dosis
 – Tidak memerlukan kapur pertanian.
 Komposisi formula inokulan dengan bahan aktif B. japonicum
toleran asam-aluminium untuk peningkatan produksi kedelai pada
lahan marginal dengan kepadatan populasi 108
-109 koloni per gram.
Formula Inokulan memiliki viabilitas sel dan stabilitas yang tinggi
selama penyimpanan hingga satu tahun.
• Produk inovasi ini, berdasarkan hasil penelitian di lapangan, tanah
yang akan digunakan pada penanaman kedelai tidak dilakukan
pengapuran yang dapat merusak struktur tanah namun diaplikasikan
dengan kompos, sehingga budidaya kedelai dapat dilakukan dengan
produktif dan terbukti efektif untuk:
 – Budidaya kedelai pada tanah asam dan kandungan Al tinggi
 – Menghemat penggunaan pupuk N hingga 50% dosis
 – Tidak memerlukan kapur pertanian.
 Komposisi formula inokulan dengan bahan aktif B. japonicum
toleran asam-aluminium untuk peningkatan produksi kedelai pada
lahan marginal dengan kepadatan populasi 108
-109 koloni per gram.
Formula Inokulan memiliki viabilitas sel dan stabilitas yang tinggi
selama penyimpanan hingga satu tahun.
• Inovasi Formula inokulan BBA untuk peningkatan produksi kedelai
pada lahan kering asam (pH > 4,0) mendapat granted paten No.
P00201000498 dengan judul Formula inokulan Bradyrhizobium
japonicum toleran asam alumium untuk peningkatan produksi
kedelai pada lahan kering asam.
• Formula inokulan yang dikemas dalam kantung plastik ini memiliki
ketahanan hidup (viabilitas) sel yang tinggi hingga 100 juta sel/ml/g
hingga satu tahun masa simpan.Ketahanan sel yang tinggi ini sulit
untuk ditiru oleh produk komersial lain yang telah beredar.
• Nilai tambah atau keunggulan inovasi inokulan ini ialah :1) produk
diformulasi dengan bahan pembawa khusus sehingga menjamin
mutu dan efektifnya, 2) harga kompetitif, 3) menghemat
penggunaan pupuk urea hingga 50%, 4) ramah lingkungan dan
menunjang pertanian organik, 5) dapat digunakan dalam budidaya
kedelai berulang, 6) meningkatkan produktivitas budidaya kedelai
pada lahan marginal, 7) dapat diaplikasikan di lahan kering dengan
pH mendekati netral, dan 8) dapat dikombinasikan dengan pupuk
hayati lainnya seperti mikorhiza dan mikroba pelarut fosfat.
• Inokulan ini praktis, hemat, dan dikemas dalam kantung
plastik berukuran 1 Kg dan mudah aplikasinya. Setiap
kemasan mengandung 0.5 kg inokulan untuk diaplikasikan
dengan 10 kg kedelai.
• Setiap kemasan dijual Rp 45.000,-/kg margin keuntungan
yang akan diperoleh untuk produksi sebanyak 500 kg ialah
Rp.13.753.980,10.
• Inovasi ini belum ditawarkan kepada pebisnis dan belum
digunakan untuk penelitian di lembaga mana pun.
• Karya inovasi ini, inokulan B. japonicum toleran asam-aluminium,
selain bersifat ramah lingkungan, dapat digunakan dalam budidaya
kedelai berulang, dan dapat meningkatkan produktivitas budidaya
kedelai pada lahan marginal. Lahan suboptimal berupa lahan kering
asam sangat luas di seluruh kepulauan Indonesia mencapai
102,817 juta ha, sedangkan dari luasan tersebut yang sesuai untuk
tanaman kedelai (dataran rendah dengan topografi wilayah datar)
ialah 5,1 juta ha. Ketersediaan lahan serta terbitnya PP no 18 tahun
2010 akan membuka peluang investor untuk membuka usaha
tanaman pangan skala luas sehingga secara bisnis memenuhi
skala ekonomis.
Share on Google Plus

About swarahatirakyat

Media Online
www.SwaraHatiRakyat.Com
"Menyuarakan Hati untuk Kebenaran"
Telp.Redaksi : 0813-9764-0276

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.