JAKARTA– Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan,Pemimpin PTN Harus Siap
Menghadapi Era Disruption Innovation.
“Yang harus diperhatikan betul dalam era disruption innovation ini,
kita tidak lagi mengelola lembaga sebagai ‘Business as Usual’, tetapi
bagaimana suatu lembaga bisa bersaing di era global dengan cepat,
akuntanbilitas dan transparansi yang baik,” jelas Nasir usai melantik
Rektor dan Direktur Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di lingkungan
Kemenristekdikti di Auditorium Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta,
Selasa (5/12/2017).
Sebagai informasi, Pemimpin PTN yang baru saja dilantik antara lain :
1) Rektor Universitas Nusa Cendana, Fredrik Lukas Benu, 2) Direktur
Politeknik Negeri Padang, Surfa Yondri, dan 3) Direktur Politeknik
Negeri Banyuwangi, Son Kuswadi. Ketiganya akan memulai tugas barunya
untuk periode tahun 2017-2021.
Selain mengucapkan selamat kepada pemimpin PTN yang baru saja
dilantik, Nasir berpesan kepada pimpinan PTN untuk mempersiapkan tugas
kedepan yang jauh lebih berat karena situasi masa lalu tidaklah mudah
dari situasi masa kini.
“Kerja keraslah yang menjadi kunci utama. Saya harap para pemimpin
baru dapat menjadikan universitas dan politeknik supaya lebih baik lagi
serta mampu menyediakan lulusan yang bekualitas. PTN juga harus mampu
mengubah kearah tata kelola universitas yang baik, kuncinya yaitu
transparansi, jujur, dan bertanggung jawab,”ujar nya berharap.
Nasir mengingatkan, sudah saatnya melakukan perubahan karena saat ini
adalah era yang persaingannya sudah semakin tinggi. Untuk itu, kepada
para pemimpin universitas yang baru untuk melakukan perubahan dalam
mengelola universitas-nya.
“Minimal bisa menempuh Akreditasi A, kalau bisa Akreditasi di tingkat
internasional, inilah perjuangan yang harus dilakukan bersama,”
imbuhnya.
Selain
itu, Nasir juga meminta kepada para pemimpin politeknik untuk segera
menyiapkan sumber daya yang berkualitas dan punya kemampuan dalam
pendidikan vokasi.
“Tidak cukup lulusan politeknik hanya mendapatkan ijazah saja, perlu
dikembangkan sertifikat kompetensi pada masing-masing prodi di
politeknik tersebut. Dosen juga harus mempunyai sertifikat kompetensi
agar mereka betul-betul menjadi dosen profesional sesuai bidangnya.
Dosen yang ada di politeknik juga tidak cukup dari akademisi saja,
tetapi harus melibatkan dari industri yang terkait,”pungkas Nasir.(red/
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.