Taput,SHR- Menyekolahkan anak setinggi-tingginya," adalah Misi Utama dan klasik dari "Halak" Batak. Tidak berhenti di situ. Tetapi juga "mengutus" anak untuk menduduki jabatan pelayanan (public servant), di samping dunia usaha;
Bahkan, "ukuran" konkret keberhasilan dan kesalehan bagi
"Halak" Batak adalah kehadiran dan posisi anak-anaknya (laki-laki atau
perempuan) di bangunan tata dunia. Orangtua yang memiliki sarana
kelimpahan hidup, namun jika anak-anaknya tidak eksis di dalam tata
dunia, maka Orangtua demikian masuk dalam ketegori "gagal";
Tigor Lumbantoruan adalah salah seorang dari putera Keluarga "Halak" Batak. Anggota DPRD Propinsi Sumatera Utaraini adalah generasi "Borsak Sirumonggur, Sihombing Lumbantoruan."
Sampai di sini, jika tulisan ini ingin bernuansa literer, sudah
mengalami kesulitan. Karena "semua" komponen besar "Marga" Batak tidak
tertuang dalam bentuk tulisan, buku;
"Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon" (Memiliki anak laki-laki
dan perempuan, Kehormatan, dan Kekayaan sarana hidup [dan rohani],
merupakan falsafah hidup orang-orang Batak. Pandangan hidup ini mengarah
pada eskatologi, sebelum agama modern, maupun pasca agama modern
memasuki ranah Batak. Setiap orang Batak, berdasarkan talenta, minat
atau bakatnya dalam konteks jaman memiliki jalan hidup yang berbeda;
Di dalam jalan hidup yang berbeda-beda itu, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip hidup orang Batak dan Kebatakan yang "sublimatif" tetap
aktual. Dalam cangkang tuntunan terang cahaya Kebatakan yang sejati
itu, sesama orang Batak memaknai "semua" dimensi hidupnya. Tidak
terkecuali dimensi tata dunia, atau jabatan kekuasaan politis;
Orang-orang Batak (baca juga masyarakat), amat menonjol
dalam solidaritas. Untuk itu, orang Batak kaya akan paguyuban. Mereka
sungguh guyup, lebih-lebih pada saat duka dan suka. Paguyuban Batak
bukan partai politik. Tetapi keliru, kalau memandang paguyuban atau
"punguan" orang Batak tidak berdimensi politik (yang hakiki). Sebab
semua gerakan paguyuban orang Batak adalah untuk kebaikan umum (bonum
commune);
Kembali ke Misi Utama dan Klasik orang Batak pada frase
pertama tulukisan sumir ini. Pertanyaannya, bagaimana sikap "Keluarga
Besar Borsak Sirumonggur" terhadap program politik Tigor Lumbantoruan?
Pertanyaan ini tentu sebagai bahan permenungan di tengah rahasia umum,
bahwa "Boru/Hela ni Raja Manalu" ini tengah merintis jalan menuju Kursi
Kepemimpinan di Tapanuli Utara,
Logika politik praktis (siapapun orang Batak) belum tentu
koheren dengan "Punguan atau Paguyubannya) sebagai komunitas tertinggi
dan pemersatu, administrator. Kadang kala, bukan tidak mungkin ada jarak
antara "Dalihan Natolu" pada tataran "Ulaon Adat" dengan politik
praktis;
Akan tetapi, jangan terburu-buru melakukan generalisasi
atas persepsi personal atau sebagian dari masyarakat Batak itu. Meski
pun "Dalihan Natolu" tidak setara dengan peran dan fungsi Partai
Politik. Dan sikap politis setiap orang harus tetap memdapat tempat yang
terhormat;
Namun demikian, hampir selalu, bahwa Keputusan "Dalihan
Natolu, dalam wajah Pengurus Paguyuban - Sebagai "Pewaris Tahta Periodik
Leluhur" - orang Batak, jauh lebih mengikat. Karena "Keputusan
Organisasi Dalihan Natolu" menyangkut dua dimensi-integral, bumi dan
surga.(PB)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.