Tragedi Kematian Duta Rusia Untuk Turki


RUSIA — SHR   Berbagai media Rusia ramai meluncurkan kecaman terhadap aksi pembunuhan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrei Karlov, di Ankara pada awal pekan ini. Namun, sejumlah media itu menyebut bahwa serangan ini diperkirakan tidak akan menggagalkan upaya normalisasi hubungan antara Moskow dan Ankara.  Karlov, 62, ditembak mati pada Senin ketika ia tengah berpidato pada pembukaan pameran fotografi Rusia di Ankara. Pelaku serangan adalah petugas polisi anti huru-hara Turki, Mevlut Mert Altintas, yang sempat berteriak “Allahu Akbar!” setelah melepaskan tembakan.
Ia kemudian berbalik ke arah pengunjung dan kembali berteriak, “Jangan lupakan Suriah. Jangan lupakan Aleppo. Semua yang ikut serta dalam tirani ini akan bertanggung jawab! . “Pembunuh itu takut melihat matanya,” bunyi judul laporan utama di harian pro-Kremlin, Izvestiya, yang disertai oleh foto dramatis yang memperlihatkan Altintas seperti sudah mengincar Karlov ketika sang dubes berdiri di atas podium.  “Mereka tidak menembak Karlov. Mereka menembak Rusia,” ujar Senator Konstantin Kosachev dalam laporan media itu, dikutip dari AFP.
Baik Presiden Rusia Vladimir Putin maupun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut serangan itu sebagai tindakan “provokasi” yang bertujuan menyabotase hubungan kedua negara yang mulai membaik sejak insiden penembakan jet Rusia di Suriah oleh militer Turki pada November 2015.
Putin juga mengatakan bahwa pembunuhan di Ankara dirancang untuk merusak upaya penyelesaian konflik di Suriah yang saat ini sedang dipelopori oleh Rusia dan Turki. Moskow dan Ankara adalah pihak yang berseberangan soal upaya penyelesaian konflik di Suriah. Namun, kedua negara ini menegosiasikan gencatan senjata dan evakuasi warga sipil serta keluarga pemberontak untuk keluar dari Aleppo.
Menteri luar negeri dan pertahanan Rusia, Turki dan Iran juga akan bertemu di Moskow pada Selasa (20/12) untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut soal konflik Suriah. “Saya tidak berpikir bahwa Moskow akan memicu konflik atas insiden itu,” ujar Leonid Isayev pakar dari Sekolah Tinggi Ekonomi Moskow kepada harian bisnis, RBK. “Hari ini dialog antara Rusia dan Turki berkembang cukup aktif,” tuturnya.
Dalam wawancara dengan Izvestiya, kepala komite parlemen Rusia untuk urusan luar negeri, Leonid Slutsky, memperingatkan bahwa siapapun yang mencoba memicu perpecahan antara Rusia dan Turki tidak akan berhasil.  “Hal utama adalah bahwa tidak akan ada ketegangan babak baru antara Rusia dan Turki, tidak peduli berapa banyak lawan kami menginginkan hal ini,” ujarnya. “Ini adalah tragedi yang mengerikan, tapi hubungan antarnegara secara keseluruhan tidak akan terpengaruh oleh hal ini.”
Meski demikian, sejumlah media Rusia lainnya mempublikasikan pernyataan yang lebih keras terhadap Turki. “Tanggung jawab atas kematian seorang duta besar asing selalu terletak pada negara tuan rumah,” tulis tabloid Moskovsky Komsomolets. Media itu juga menuliskan bahwa pembunuhan Karlov “lagi-lagi menjadi pukulan kuat” terhadap reputasi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (SHR/MR/CNN).
Share on Google Plus

About swarahatirakyat

Media Online
www.SwaraHatiRakyat.Com
"Menyuarakan Hati untuk Kebenaran"
Telp.Redaksi : 0813-9764-0276

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.